YOGYAKARTA -- PSIM Yogyakarta baru saja mencatat kemenangan penting dengan skor 1-0 atas Bhayangkara Presisi Lampung FC. Pada laga pekan ke-13 BRI Super League 2025/26 yang berlangsung di Stadion Sultan Agung, Bantul, Sabtu (22/11) itu, kiper PSIM Cahya Supriadi mendapatkan sorotan tersendiri.
Meski gol tunggal Rahmatsho Rahmatzoda pada menit ke-38 yang menjadi penentu kemenangan Laskar Mataram, namun sorotan utama justru tertuju pada performa gemilang di bawah mistar gawang. Cahya Supriadi.
Dia tampil luar biasa sepanjang 90 menit dengan mematahkan sejumlah peluang emas The Guardian.
Berkat aksi heroiknya, kiper kelahiran 11 Februari 2003 ini kembali dinobatkan sebagai Man of The Match (MoTM). Ini merupakan gelar MoTM ketiga bagi Cahya musim ini, setelah sebelumnya ia raih pada laga kontra Persib Bandung pada 24 Agustus lalu dan PSM Makassar pada 27 September lalu.
Kepiawaian Cahya mengawal gawang tak hanya mengundang decak kagum suporter. Dia juga mendapat pengakuan khusus dari dua pelatih asing yang saling berhadapan yakni pelatih PSIM, Jean Paul Van Gastel dan pelatih Bhayangkara FC, Paul Munster.
Kedua juru taktik tersebut sepakat menunjuk Cahya Supriadi sebagai sosok pembeda di lapangan.
Jean Paul Van Gastel tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kiper mudanya itu. “Para pemain lawan tampil bagus, namun kiper kami, Cahya Supriadi, bermain sangat luar biasa dengan banyak penyelamatan krusial,” kata Van Gastel.
Pelatih asal Belanda itu menegaskan bahwa kontribusi Cahya sangat vital dalam menjaga keunggulan tim. “Saya sangat puas dengan penampilannya. Dia berhasil menggagalkan banyak peluang emas Bhayangkara FC,” dia menegaskan.
Senada dengan Van Gastel, pelatih Bhayangkara FC, Paul Munster juga memberikan apresiasi tinggi. Meski timnya kalah, Munster mengakui ketangguhan Cahya menjadi tembok penghalang terbesar bagi Bhayangkara FC.
“Di babak kedua, kami terus menekan dan punya banyak peluang untuk mencetak gol. Menurut saya, pemain terbaik di laga ini adalah kiper mereka (Cahya Supriadi),” ucap Paul Munster.
Dia menilai timnya sudah bermain baik dan berjuang hingga akhir, tetapi penyelesaian akhir mereka selalu mentah di tangan Cahya. “Sekali lagi, bagi saya, kiper mereka adalah pemain terbaik,” ujar dia mengakhiri.