Bayangan Saut Lumban Tobing Di Persib Dan Dewa United

Bayangan Saut Lumban Tobing Di Persib Dan Dewa United

7 November 2025

BRI SUPER LEAGUE 2025-26 PERSIB BANDUNG DEWA UNITED BANTEN FC

Oleh: Eko Rahmawanto (Manajer Media I.League)

 

DI tengah euforia sukses Persib Bandung dan Dewa United Banten FC, ingatlah satu nama ini: Saut Lumban Tobing.

Kota Jeddah di Arab Saudi, 39 tahun lalu. Mata fans sepak bola Indonesia tertuju ke sana, khususnya ‘Wong Palembang’. 

Di sana, Krama Yudha Tiga Berlian, klub milik Sjarnoebi Said, mempertaruhkan kehormatan Merah Putih.

Sebagai juara Kompetisi Galatama 1985, KTB mewakili Indonesia di Kejuaraan Antarklub Asia, cikal bakal AFC Champions League. 

Mereka lolos ke penyisihan grup, mengungguli klub-klub Asia Tenggara: Bangkok Bank (Thailand), Tiong Bahru (Singapura), Malacca FA (Malaysia), dan Royal Brunei Armed Forces Sports Council (Brunei Darussalam).

Di Jeddah itulah, aksi Saut Lumban Tobing memukau. Dia mencetak gol bersama Bambang Nurdiansyah untuk mengalahkan klub India, East Bengal. Gol itulah yang membawa KTB melaju ke semi final.

Meski kalah 0-3 dari Daewoo Royals, klub Korea Selatan di semi final, KTB tetap pulang dengan kepala tegak. Mereka merebut peringkat ketiga, mengalahkan klub Suriah, Al-Ittihad Aleppo 1-0. Pencetak gol tunggal itu? Saut Lumban Tobing.

Kepada sebuah media, Saut, pemain kelahiran Sorkam, Sumatera Utara itu, menyebut itulah kenangan paling mengesankan bagi dirinya.

“Lawan klub Suriah pada perebutan tempat ketiga, saya mencetak gol penentuan dan menang 1-0,” katanya.

KTB adalah bukti klub Indonesia bisa bersaing di kancah Asia, pada zamannya. Tapi sejak saat itu, performa klub-klub Indonesia terus menurun. Baik di era Galatama, Liga Indonesia, Super League, hingga sekarang. Baik dalam format Kejuaraan Antarklub Asia, Piala Champions Asia, atau AFC Champions League sekarang.

Kini, bahkan untuk menembus AFC Champions League Elite, klub Indonesia belum memiliki kemampuan. Kelasnya masih di AFC Champions League Two, kasta kedua.

Penyebabnya? Secara teknis, klub Indonesia belum memiliki koefisien yang cukup untuk itu. Secara realitas, saat klub Asia lainnya berbenah dan mengalami kemajuan, klub Indonesia sedang mengarah ke sana.

Hal itu diperparah dengan persoalan-persoalan non teknis di luar lapangan. Indonesia tak ikut pentas Asia pada tahun 2017 karena sanksi atas dualisme kepengurusan PSSI. Koefisiennya nol. 

Indonesia juga absen pada 2021 karena Covid-19. Poinnya juga nol. Padahal, poin koefisien dihitung antara lain dari partisipasi dalam delapan musim terakhir.

Itu sebabnya, sejak kepesertaan ACL dilakukan berbasis koefisien, Indonesia tak pernah terwakili di ACL Elite. Bahkan di ACL Two pun hanya bisa meloloskan satu klub. Itupun melalui playoff.

Lalu, kapan Indonesia bisa kembali menyaksikan performa seperti Saut Lumban Tobing 39 tahun lalu? 

Dalam sistem kepesertaan sekarang, tak ada jalan pintas. Tapi, harapan itu bukan tak mungkin.

Tentu saja, bukan dalam waktu dekat. Namun, performa dan pencapaian prestasi menawan yang ditunjukkan Persib Bandung di ACL Two dan Dewa United di AFC Challenge League memberi harapan untuk itu.

Persib Bandung, setelah mengalahkan tuan rumah Selangor FC 3-2 di Petaling Jaya, kini memimpin klasemen grupnya. Mereka hanya butuh satu poin tambahan untuk melaju ke playoff.

Dewa United pun dalam posisi yang menawan. Ricky Kambuaya dan kawan-kawan kini memuncaki klasemen Grup E AFC Challenge League.

Sukses Persib Bandung dan Dewa United menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan penambahan poin tertinggi pada musim berjalan ini.

Indonesia mendapatkan tambahan 7.783 poin dan naik ke peringkat ke-20. Dengan total 24.049 poin, Indonesia menggeser Kuwait yang punya 24.020.

Tambahan 7.783 poin itu menempatkan Indonesia menjadi negara dengan tambahan poin terbanyak keenam di Asia. 

Indonesia hanya berada di bawah Arab Saudi (11.750), Jepang (10.000), Uni Emirat Arab (9.667), Korea Selatan (8.417), dan Australia (7.833).

Dalam perhitungan, Persib musim ini sudah mendapatkan tambahan 8,67 poin dan berkontribusi atas penambahan 6,73 koefisien. Sedangkan Dewa United mendapatkan 6,5 poin dengan kontribusi 3,25 terhadap koefisien.

Dalam posisi seperti ini, pada musim depan sudah terjadi peningkatan kualitas wakil Indonesia di turnamen AFC. 

Setidaknya akan ada dua wakil: satu lolos langsung penyisihan grup, satu lainnya melalui playoff.

Agak berat menembus ACL Elite musim depan. Saat ini, jurang pemisah dengan Yordania, negara terakhir yang berpeluang merebut satu tiket itu cukup jauh. Berselisih 12.503 poin.

Peluang itu hanya mungkin terjadi, atau setidaknya bisa mendekati kenyataan, dengan satu syarat: Persib Bandung dan Dewa United terus bertahan di ACL Two dan AFC Challenge League musim ini, sejauh mungkin.

Maka, meskipun sudah hampir pasti lolos ke playoff, baik Persib maupun Dewa United, tetap dituntut untuk memenangi pertandingan tersisa di penyisihan grup. Sebab, kemenangan akan terus menambah torehan poin koefisien Indonesia.