Profil Dan Rekam Jejak Jean-Paul Van Gastel: Kenyang Pengalaman Di Eropa, Kini Berkelana Di BRI Super League

Profil Dan Rekam Jejak Jean-Paul Van Gastel: Kenyang Pengalaman Di Eropa, Kini Berkelana Di BRI Super League

8 Agustus 2025

BRI SUPER LEAGUE 2025-26 PSIM YOGYAKARTA PSIM YOGYAKARTA

SURABAYA - Jean-Paul van Gastel, pelatih asal Belanda berusia 53 tahun, kini menjabat pelatih kepala PSIM Yogyakarta di ajang BRI Super League 2025/26.

Namanya dikenal luas di Belanda terutama dari kariernya sebagai gelandang yang membanggakan di Feyenoord, klub elite Eredivisie, antara tahun 1996 hingga 2001. Selama masa bermainnya, ia mencatatkan 121 penampilan dan mencetak 25 gol, serta meraih gelar Eredivisie dan Johan Cruyff Shield bersama Feyenoord.

Usai pensiun sebagai pemain, van Gastel beralih ke dunia kepelatihan sejak 2004, diawali dari menangani tim usia muda Willem II U19. Karier kepelatihannya menanjak pesat, dengan pencapaian terbaik saat menjadi asisten pelatih di Feyenoord.

Di sana, ia menjadi sosok penting di balik sukses tim memenangkan Eredivisie 2016/2017, Piala KNVB 2015/2016 dan 2017/2018, serta Johan Cruyff Shield 2017 dan 2018. Selain Belanda, van Gastel juga pernah menangani Guangzhou City, NAC Breda, dan sebagai asisten pelatih di Besiktas Turki.

Tantangan Baru di Indonesia
Bergabung dengan PSIM Yogyakarta, van Gastel menghadapi tantangan baru di Liga Indonesia. Pada laga uji coba melawan Bali United FC, timnya menelan kekalahan telak 0-6. Van Gastel mengakui keunggulan Bali United yang dinilai lebih kuat dan lebih siap secara fisik dan taktikal karena memulai persiapan lebih awal hingga hampir enam minggu, dibandingkan PSIM yang baru empat minggu persiapan.

Meskipun mengalami kekalahan besar, van Gastel menyatakan fokusnya adalah untuk mengevaluasi performa tim selama pra musim. Ia berharap level kualitas dan ketahanan fisik pemain PSIM terus meningkat sehingga dapat bersaing dengan tim-tim papan atas di BRI Super League. 

"Kami berusaha menjaga intensitas dan konsistensi performa di tengah ritme pertandingan yang sangat menuntut fisik, mental, dan teknikal," ujarnya menjelang laga perdana melawan Persebaya Surabaya.

Debutnya di Indonesia sangat ia nantikan, dengan antusiasme tinggi menghadapi atmosfer kompetisi dan dukungan suporter lokal. Ia menyatakan keseruannya melihat penonton membanjiri stadion, yang memberinya suntikan adrenalin. Van Gastel menegaskan ingin membawa perubahan gaya bermain sekaligus membangun kestabilan tim agar tampil maksimal sepanjang musim.

Jean-Paul van Gastel menempatkan proses adaptasi sebagai kunci utama kesuksesan PSIM musim ini. Ia ingin anak asuhnya tidak hanya sekadar berlari di lapangan tapi juga dalam kondisi mental siap menghadapi tekanan dan harapan tinggi kompetisi. Fokusnya juga pada pengembangan pemain muda yang dipersiapkan untuk bisa memenuhi tuntutan sepak bola modern di Indonesia.

Selain kemampuan taktik dan pengalaman internasional, van Gastel membawa pengaruh besar pada kultur tim dengan pendekatan kerja keras dan disiplin tinggi. Ia memerhatikan detail persiapan fisik dan psikologis pemain agar bisa menjaga performa stabil sepanjang kalender kompetisi yang padat.

Menanti Kejutan Van Gastel
Van Gastel pun menegaskan, kendati tantangan berat menanti di kasta tertinggi Indonesia, ia optimistis PSIM dapat menunjukkan progres positif. Ia mengajak permainan penuh semangat dan kerja keras sebagai cara timnya meraih hasil yang konsisten dan berkelanjutan sejauh musim berjalan. 

"Sepak bola memang penuh kejutan, tapi saya percaya tim bisa berkembang dengan tepat," katanya.

Pengalaman luas van Gastel baik sebagai pemain dan pelatih di berbagai liga Eropa dan Asia menjadi modal utama dalam menghadapi kompetisi ketat di Indonesia. Dengan dukungan manajemen PSIM dan staf pelatih, optimisme besar mengiringi langkah awalnya menukangi klub kebanggaan masyarakat Yogyakarta ini untuk meraih prestasi di BRI Super League 2025/26.

Secara keseluruhan, Jean-Paul van Gastel menunjukkan komitmen dan visi jangka panjang dalam membangun PSIM Yogyakarta menjadi kekuatan baru yang diperhitungkan. Melalui peningkatan kualitas pemain, taktik yang matang, dan adaptasi budaya sepak bola Indonesia, pelatih 53 tahun ini siap membawa Laskar Mataram melangkah dengan optimisme penuh di musim penuh tantangan ini. 

"Saya ingin memberikan yang terbaik dan membuat setiap pertandingan berarti bagi PSIM dan suporter," tutupnya penuh keyakinan.